Arsitek: Mhd Dalang
Renc Struktur: Mhd Dalang
Renc MEP: Mhd Dalang
Landscape: Mhd Dalang
Pelaksana: Mhd Dalang
Lokasi: Jatiwaringin Pd Gede
Luas tanah: 500 m2
Luas Bang: 250 m2 (2 lantai)
Th/ durasi: 2007 / 1 tahun

        menDESAIN = menerjemahkan kebutuhan

Bahkan ketika sy menerima pekerjaan di Jatiwaringin ini, saya belum bisa menggunakan komputer (MS office, excell), apalagi cad. Semua sy kerjakan dg freehand di atas kertas miilimeter blok, dg pena Snowman 0,1 - 0,8.
Apa yg sy lakukan dlm mendesain, sesungguhnya tdk lebih hanyalah menerjemahkan kebutuhan owner saja. Pertama, owner sy pancing dg gambar2 rumah tinggal utk mengetahui preference-nya. Ternyata mengarah pd bentuk2 tropis. Selanjutnya, sy usulkan konsep yg sederhana yakni, lantai 01 berisi Rg Tidur Utama, Rg Kleuarga-Rg Makan, Teras yg juga berfungsi sbg Rg Tamu, dan Rg Servis. Ruang lainnya kita taruh di lantai 02.
Owner setuju, selanjutnya owner sy minta untuk menentukan ukuran ruang-ruang yg diinginkannya, dg cara saya gelar meteran agar beliau dapat membayangkan ukurannya secara nyata. Penentuan ukuran ini berlangsung dari jam 7 malam hingga jam 5 pagi bertempat di Rg Keluarga rumah saya yg berukuran 6 x 9 meter, cukup utk membayangkan ruang yg bakal terbentuk.
Hari berikutnya, saya mulai otak-atik ruang-ruang yg dibutuhkan dalam Denah. Kolam dan vegetasi sy usulkan untuk mengontrol panas matahari dan sinar yg masuk dalam rumah (nantinya)..... **gbr 1 & 2.
Barangkali saat itu adalah hari keberuntungan saya, sebab sekali membuat Denah langsung setuju. Pembuatan Denah ini seingat saya sekitar 5-6 hari.
Selanjutnya sy buat sketsa 3D untuk memperoleh gambaran fisiknya, masih tetap menggunakan freehand dan kertas milimeter blok dalam waktu semalam (kebiasaan sy dalam bekerja memang step by step, untuk mengirit effort yg harus sy keluarkan). 

 
Kemarin ada yg tanya kok ga pakai analisa tapak? Sy lupa, 9 th lalu pakai analisa ga ya? Yg jelas, penginnya memang rumah kecil saja taruh di pojok kanan, biar tampak depan bisa utuh kelihatan dari jalan. Sementara bagian pojok kiri dipakai sbg taman/ plasa, agar kegiatan di sana lebih privat. Sedangkan pintu masuk hadap utara, menghadap ke jalan utama lingkungan.
Pojok kanan belakang dipakai taman, agar terjadi cross ventilasi.
Yg menjadi masalah adalah tanah bagian belakang lebih rendah sktr 130 cm dibanding tanah depan. Bagaimana nanti buangan air kotor? Bagaimana kalau hujan? Ditambah, muka air tanah sangat dangkal (mungkin krn di belakangnya empang), digali 50 cm ketemu air.
Maka kami usulkan ke owner agar bagian rumah diurug/ ditinggikan hingga lebih tinggi dibandingkan tanah bagian depan. Buangan air kotor diarahkan ke depan, sebagian kecil (air mandi dari KM pembantu dan KM tamu) dibuang ke got di belakangnya



        Kondisi potongan lahan lebih kurang spt ini. Bagian depan lebih tinggi 130 cm dibandingkan    belakang. Rata-rata tanah darat asli di DKI (dan lokasi yg berdekatan), membutuhkan galian sedalam 120-130 cm utk meletakkan pondasi tapak. Padahal muka air tanah bagian belakang sangat dangkal, sktr 50 cm. Jika bagian belakang dipaksakan digali sedalam 130 cm, maka bagian depan akan harus digali sedalam 130 + 130 = 260 cm. Terlalu dalam, menyulitkan dlm pelaksanaannya.
Kami cari cara lain sbb:
1. Galian pondasi bagian depan normal, yakni sedalam 130 cm.
2. Bagian belakang nyaris hanya menumpang pd permukaan tanah. Tentu hal ini akan kurang stabil.
3. Pasang strouss pile pd pondasi-pondasi di titik luar denah, untuk mencapai kestabilan bangunan scr keseluruhan. Jadi strouss pile ini bukan utk mendapatkan tumpuan tanah yg keras, namun lebih berfungsi seperti akar, agar bangunan lbh stabil jika ada gaya dari samping.


    RENCANA KOLOM, SLOOF
Pd struktur beton sederhana 2 lantai

Yg saya maksudkan struktur sederhana adalah jika bentang balok tidak lebih dari 6 meter, tidak ada plat-plat kantilever, tidak ada lantai split level, fungsi rumah tinggal dg floor to floor normal sktr 360 cm, dan kondisi tanah bagus dg sigma tanah sktr 0,7-0,8 kg/ cm2 seperti kebanyakan tanah darat asli di DKI.

KOLOM
Kebiasaan saya, saat merencanakan struktur adalah dimulai dg menentukan titik kolomnya. Sloof, secara otomatis menghubungkan/ mengikat kolom-kolom. Pondasi, scr otomatis pula pasti berada di setiap kolom. Namun pd postingan ini saya tidak membahas dimensi kolom, hanya perletakannya saja.

SLOOF
Sloof, selain berfungsi menyalurkan/ meratakan beban ke kolom-pondasi, juga berfungsi mengikat kolom agar tidak ngangkang. Jika kita perhatikan gambar, maka sloof-sloof yg saya lingkari sebenarnya tidak menahan beban (dinding) di atasnya. Namun sloof tsb tetap diperlukan utk mengikat kolom-kolom agar kaku sesuai prinsip portal tertutup.
Secara sederhana, prinsip kerja sloof (lingkaran merah) bisa kita ibaratkan dg kaki meja. Batang di bagian bawah yg menghubungkan kaki meja, bukan berfungsi sbg tangkringan kaki, melainkan utk mengikat kaki meja agar tidak ngangkang.
Sloof yg menahan beban dinding (contoh KM utama), harus terhubung/ bertumpu pd sloof utama, bukan hanya di bagian bawah dindingnya saja (sy bbrp kali menjumpai gambar sloof dari arsitek yunior yg hanya mengikuti/ sesuai denah. Jelas tidak akan kaku).
Untuk daerah rawan gempa, kolom-kolom perlu diikat juga dg sloof scr diagonal (sering disebut jaring laba-laba, seperti garis hijau dlm gambar. Namun utk yg satu ini saya belum punya pengalaman mengerjakan, hanya berdasar literatur saja).
Sloof pd rumah tinggal ini sy bedakan 3 tipe S1, S2, dan S3. S1 yang merupakan sloof utama sesuai grid A, B, C, D, E, F, G ukurannya paling besar yakni 20 x 40 cm. Sloof S2 yg lebih banyak berfungsi sbg penjaga kekakuan (batang tarik), ukurannya lebih kecil 20 x 30 cm. Sloof S3 ukurannya paling kecil, 20 x 25 cm. Jumlah tulangan pokok utk sloof-sloof tsb, secara proporsional berbeda pula (lihat Tabel Sloof).

**Jika ada yg bertanya : darimana asalnya ukuran sloof spt itu, bagaimana perhitungannya hingga ketemu tulangan spt itu, dan apakah itu kuat?
Jawab sy singkat: Mohon dibuktikan bahwa itu tidak kuat.
Jika ada yg bilang bahwa tanggungjawab struktur paling tidak 10 tahun, maka struktur ini sekarang sdh berumur 9 tahun, dan tidak ada satupun keretakan struktur, bahkan retak rambut sekalipun.
Sy kira, prinsip2 dasar struktur (logika struktur) spt ini seharusnya dipunyai oleh para pelaksana di lapangan, utk mencegah kegagalan struktur secara dini khususnya utk proyek2 rumah tinggal sederhana. Tentu bukan bermaksud mengangkangi profesi perencana struktur.


Rencana Balok Lantai

Prinsipnya, balok ini kami rencanakan untuk mendukung plat beton dan dinding lantai 2. Tinggi balok 1/12 bentang, sedang lebarnya 1/2 tinggi balok. Balok-balok ini dirangkai ke kolom, dan bersama dg kolom lantai 1 dan sloof, membentuk rangkaian portal tertutup.
Kita bisa lihat kolom lantai 1 menerus ke kolom lantai 2, tidak ada lantai/ plat kantilever, dan bentangannya pun pendek2/ normal, tidak lebih dari 5 meter. Dg kondisi seperti ini, strukturnya bisa dikatakan sederhana sekali, efisien, dan sangat stabil/ kokoh (dg catatan jumlah besi, jenis, dan cara penulangan/ pembesiannya benar, serta mutu beton terjaga).
Jika adik-adik telah minimal 5 th di proyek rumah tinggal, rajin menyimak gambar struktur, dan terjun langsung berinteraksi dg tukang, khususnya tukang spesialis besi beton, yakinlah pd tahun ke 6 anda bisa merencanakan struktur sederhana spt ini. Dan tentunya, logika struktur kita akan makin terasah ...dimana logika struktur yg terasah ini menjadi salah satu syarat mutlak jika kita ingin bekerja sbg pemborong/ pelaksana.


    RENCANA PONDASI
Pd struktur beton sederhana 2 lantai

Yg saya maksudkan struktur sederhana adalah jika struktur berbentuk portal tertutup, bentang balok tidak lebih dari 6 meter, tidak ada plat-plat kantilever, tidak ada lantai split level, fungsi rumah tinggal dg floor to floor normal sktr 360 cm, dan kondisi tanah bagus dg sigma tanah sktr 0,7-0,8 kg/ cm2 seperti kebanyakan tanah darat asli di DKI.
…………………………

Seorang rekan teknik sipil mengatakan, saat merencanakan pondasi, masalah apakah pakai batu kali atau foot plat, dan berapa dimensinya, adalah nomor dua. Nomor satu yg harus diketahui dulu adalah daya dukung tanahnya (sigma tanah). Jika daya dukung tanah diketahui, maka kita akan dapat menentukan dimensi pondasi dg rumus sederhana:
Luas Pondasi = Beban / sigma tanah (beban total dibagi daya dukung tanah).
Tanah merah darat asli di DKI sendiri termasuk jenis tanah keras, dg sigma tanah lebih besar dari 0,5 kg/ cm2. Rata-rata sigma tanah darat asli DKI sktr 0,7 – 0,8 kg/ cm2.

Beban terdiri dari beban mati DL (dead load), dan beban hidup LL (live load). Jadi jumlah Beban = DL + LL.
DL merupakan seluruh beban dari bangunan, seperti: genteng, kuda-kuda, ringbalok, dinding bata + plesteran, kusen kayu, kaca, lantai keramik, plafond gypsum ….dst.
LL merupakan beban hidup yg meliputi beban manusia (penghuni), tukang saat bekerja, lemari, meja, dll perabotan.

Sekarang kita coba menghitung beban total ::
1. Beton (balok, plat lantai, kolom, dll) = 2.400 kg/ m3
2. - Pasangan bata = 250 kg/ m2
- Plester aci = 100 kg/ m2
3. Beban genteng, kuda-kuda baja, kusen, kaca, plafond, pasangan keramik, dst … (tidak ditampilkan di sini, silahkan adik-adik mencari sendiri di internet/ literature lain)
4. Beban hidup utk rumah tinggal = 200 kg/ m2

Setelah total beban ketemu (taruhlah 140 ton), maka kita dapat menentukan luas pondasi total.
Luas Pondasi = 140.000 kg : 0,7 kg/ cm2 = 200.000 cm2
Jumlah pondasi ada 16, maka luas 1 pondasi = 200.000 : 16 = 12.500 cm2
Jika pondasi ini berbentuk bujur sangkar, maka panjang sisinya adalah akar dari 12.500 = 111,8 cm.
Untuk jaga-jaga, perlu kita berikan angka keamanan. Seingat saya dulu angka kemananannya 15%, maka ukuran pondasi menjadi 120 x 120 cm. Ditambah dengan sejumlah strouss pile (masing-masing 2 titik sedalam 3 meter pada pondasi A, B, C, D, E, F, G), kami yakin rencana pondasi ini cukup kuat.
Catatan:
Jika direncanakan benar-benar oleh perencana struktur, ukuran pondasi bisa jadi akan berbeda-beda tergantung dari pembebanan pd tiap titik (kolom). Namun dg bentuk dan ukuran denah seperti rumah tinggal ini, perbedaan tsb tidak akan banyak dan tidak akan berpengaruh pd bangunan nantinya. Dan karena pertimbangan kemudahan pekerjaan, ukuran pondasi kami bikin sama.
Apakah hal ini kuat/ tidak berbahaya?
Selama pembesiannya benar, betonnya bagus, dan pengecoran sloof bersamaan, maka akan dihasilkan sub struktur yg solid dan rigid. Dg kata lain jika terjadi apa-apa, misal pd satu titik ternyata ada beban yg lebih besar, atau ada bagian tanah yg turun, maka sub struktur yg solid dan rigid ini akan bekerja bersama-sama. Jika terpaksa terjadi sedikit penurunan pondasi, maka semua pondasi akan turun, dan oleh karenanya tidak menyebabkan kerusakan dinding.

Sedangkan jumlah dan dimensi tulangan plat pondasi, sejauh pengalaman mengerjakan gambar-gambar struktur, ada yg diisi:
1). 2 lapis besi D10 jarak 12,5 cm (luas penampang total tulangan sktr 1.507 mm2).
2). 2 lapis besi D13 jarak 20 cm (luas penampang total tulangan sktr 1.591 mm2).
3). Ada pula yg menggunakan besi D16 utk tulangan bawah, dan besi 10 mm utk tulangan atas, jarak 20 cm (luas penampang total tulangan sktr 1.676 mm2).
Terlihat perbedaan luas penampang tidak jauh berbeda.
Sy sendiri lebih suka memakai tulangan 2xD13-20, sebab lebih memudahkan saat belanja dan mudah pula produksinya. Dimensi tulangan-tulangan ini semua saya dapati utk bangunan dg bentang maksimal 6 mtr.
Mengenai bentuk dan ketebalan plat pondasi, ada 2 macam yg sering kita temui yakni:
1. Bentuk pyramid dg tebal plat tepi 20 cm, plat tengah 30 cm.
2. Bentuk kotak dg ketebalan 25 cm (rata2 dari 20+30).
Bentuk kotak dg tebal 25 cm kita pilih utk proyek ini dg pertimbangan praktis pengerjaannya.

***Seperti paparan di atas itulah yg saya maksudkan dg belajar dari pengalaman. Kita harus rajin membuat catatan-catatan, membuat perbandingan2 hasil perhitungan dari konstruktor yg berbeda, membuat korelasinya, dsb, sehingga kita dapat menarik satu kesimpulan. Jika kita tekun mempelajarinya, utk merencanakan struktur sederhana spt ini tidak diperlukan hitungan yg rumit, bahkan cukup hafalan atau mencongak saja.
Jadi, pengalaman tidak hanya sekedar bekerja di lapangan kan?


    LANTAI KERJA utk membantu
KEKAKUAN STRUKTUR (KOLOM)

Kemarin telah kita posting ttg lantai kerja yg berfungsi sbg anti rayap:


Selain fungsi tsb, lantai kerja dapat pula difungsikan utk memperkuat/ menambah kekakuan struktur (kolom). Seperti telah sy ceritakan sebelumnya bahwa, lahan bagian belakang kita urug setinggi +170. Jika ketinggian floor to floor +350 cm, dan kolom yg dipakai jenis kolom pipih, dapat dibayangkan betapa langsing kolom ini yakni 170 + 350 = 520 cm. Dg tinggi kolom spt ini dan pipih setebal dinding, maka kolom akan rawan mengalami defleksi/ lendutan. Resiko lendutan ini pernah saya posting juga di:


Utk mengantisipasi hal ini, ketinggian kolom harus dikurangi (bisa juga ditambah ketebalannya, namun cara ini tidak kita pilih). Cara mengurangi ketinggian yg saya maksud yakni dg memperlakukan flooring (lantai kerja) berupa rabat beton utk mengikat kolom.

Gbr 1 ::
Pasangan bata yg telah diplester aci beserta tanah urugan berhenti pd posisi peil -0.12 (turun 12 cm dari +-0.00 lantai utama). Tebal 5 cm utk spare pasangan keramik, dan 7 cm utk ketebalan rabat beton.
Nampak tulangan2 kolom dihubungkan oleh balok praktis BP. Stek kolom/ overlapping tulangan kolom tetap mengacu pd kaidah 40d (52 cm krn dimensi tulangan kolom D13).
Gbr 2 ::
Rabat beton bertulang mulai dikerjakan.
Lingkaran merah FD adalah posisi pipa buangan air kotor (floor drain) dan aphur closet.
Lingkaran merah KP adalah tulangan kolom praktis utk sudut dinding, dipasang menerus mulai dari sloof.
Lingkaran merah ST adalah tulangan stek tangga, dipasang mulai dari sloof di bawahnya, dan dicor setebal 15 cm hingga posisi ini. Dinding beton yg menyatu dg sloof ini berfungsi sbg pondasi tangga.
Terlihat lingkaran merah BP, balok praktis utk mengikat kolom. Posisi pd pinggir dinding tetap dipasang BP, menumpang/ menutup pasangan bata agar rayap tidak dapat naik.
Tulangan rabat beton ini cukup 1 lapis besi 6 mm dg jarak 25-30 cm utk lantai keramik, dan besi 8 mm jarak 20-25 cm utk lantai marmer atau granit.
Gbr 3 ::
Ini adalah kunci kekuatan rabat beton bertulang termasuk balok praktisnya, yakni balok dan tulangan rabat menembus tulangan kolom hingga akan menyatu/ mengikat kolom dg sempurna (panah merah ke atas).
Nampak pula SK stek kolom dg panjang 40d/ 52 cm ( panah merah ke kiri).
Lingkaran merah menunjukkan tulangan yg dibelokkan ke bawah sktr 3 cm, utk persiapan lantai teras yg turun 2 cm terhadap lantai utama (cor rabat beton juga turun 3 cm).
Gbr 4 ::
Ini gambar rencana kolom di Cipayung yg direncanakan oleh konstruktor ber-SIPTB, sbg pembanding kolom di Jatiwaringin yg kami rencanakan sendiri.
Jarak kolom K2 dan K3 lingkaran merah adalah 795 cm (dibulatkan 8 meter). K3 berisi besi D13 sebanyak 12 batang. Sedangkan K2 berisi 10 batang (krn sejajar kolom ini terdapat kolom K2 lainnya dg jarak dekat).
Sementara kolom di Jatiwaringin (spt gbr 3) jarak kolom/ bentang balok 5 meter, kami isi dg 8 batang besi D13.
Bentang 8 mtr isi 12 batang ... versus ...
bentang 5 mtr isi 8 batang.
Masuk akal tidak?

Inilah yg saya maksudkan jika kita rajin menyimak gambar-gambar struktur pd pekerjaan rumah tinggal yg kita laksanakan. Pd saatnya, kita bisa merencanakan struktur beton sederhana dg aman.
Masih ragu/ takut?





 


Komentar

Postingan Populer